Pembelajaran kimia khususnya dan IPA pada umumnya merupakan pembelajaran yang mengembangkan ranah kognitif, afektif, sekaligus psikomotor secara simultan. Oleh karena itu rancangan pembelajaran kimia / IPA harus dapat memuat pengembangan ketiga ranah tersebut. Untuk mengembangkan ranah afektif dan psikomotor tidak cukup hanya mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi perlu ditunjang dengan pembelajaran di luar kelas, baik dalam bentuk aktivitas proyek maupun aktivitas terarah berupa praktikum maupun eksperimen.
Beberapa
materi pelajaran kimia / IPA berupa prinsip-prinsip dasar yang memerlukan
pemahaman melalui pengalaman dan pengamatan langsung dalam laboratorium. Oleh
karena itu keberadaan laboratorium di sekolah sangat penting dalam mendukung
keberhasil-an pembelajaran kimia / IPA agar pemahaman anak didik terhadap
materi menjadi utuh dan komprehensif.
Seperti
diketahui, jam pelajaran / tatap muka untuk mata pelajaran kimia / IPA di
sekolah sangat terbatas. Hal ini menyebabkan seorang guru kesulitan menempatkan
pembelajaran kimia di laboratorium dalam jam efektif sesuai struktur program.
Penempatan di luar jam efektifpun tidak mudah dilakukan, mengingat banyaknya
kegiatan ekstrakurikuler dan penambahan jam pelajaran (les) untuk beberapa mata
pelajaran tertentu yang diberlakukan di sekolah. Akibat dari semua ini,
praktikum menjadi jarang dilakukan.
Menurut
John W. Hansen & Gerald G. Lovedahl (2004) ”belajar dengan melakukan” merupakan
sarana belajar yang efektif, artinya seseorang akan belajar efektif bila ia
melakukan. Pemahaman peserta didik terhadap materi ajar akan lebih efektif jika
ia tidak hanya memperoleh konsepnya, tetapi ia juga mampu menemukan konsep itu
sendiri. Confucius menyatakan bahwa “what
I do, I understand” (apa yang saya lakukan, saya paham (Mel Silberman, 2002
: 1), artinya ketika seorang guru banyak memberikan aktivitas yang bersifat
keterampilan, maka anak didik akan memahaminya secara lebih baik, dan itu hanya
dapat diperoleh melalui praktikum / eksperimen.
Penelitian yang dilakukan Amy J. Phelps &
Cherin Lee (2003) yang dilakukan dari tahun 1990 – 2000 terhadap guru-guru baru
yang mengajar kimia menunjukkan bahwa semua guru tersebut setuju bahwa mengajar
kimia tidak dapat dilakukan tanpa laboratorium. Lebih lanjut dikatakan bahwa
laboratorium adalah esensial untuk mengajar
sains, termasuk kimia. Namun demikian, kompetensi kerja ilmiah seorang
guru tidak hanya dapat diamati melalui cara mengajar atau cara guru
mendemonstrasikan suatu percobaan di laboratorium, tetapi juga dapat ditinjau
dari bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi ilmiah, mencip-takan percobaan
sederhana yang dapat dilakukan siswa di rumah sebagai bentuk kreativitasnya,
dan juga sikap dan nilai ilmiah yang ditunjukkan dalam kesehariannya. Di
Amerika Serikat sebuah institusi penghasil guru (semacam LPTK) menetapkan
standar persyaratan bagi mahasiswanya untuk lulus dalam pelatihan laboratorium
sebagai bekal ketika mereka nanti mengajar (Aldrin E. Sweeney & Jeffrey A.
Paradis, 2003).
Pentingnya
laboratorium dalam menunjang pembelajaran di kelas sangat diyakini oleh semua
guru kimia / IPA. Namun kenyataannya, masih banyak sekolah yang memiliki
keterbatasan fasilitas laboratorium, sehingga hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan
praktikum di sekolah. Penelitian yang dilakukan Jiyono di lapangan menunjukkan
masih banyaknya peralatan dan bahan kimia di laboratorium yang dikirimkan ke
sekolah belum dimanfaatkan secara optimal (Ace Suryadi dan Tilaar, 1994 : 119).
Hal ini memberikan infor-masi kepada kita bahwa bukan hanya keterbatasan
fasilitas lab yang menjadi kendala pelaksanaan praktikum, tetapi pengelolaan
lab yang berkaitan dengan bagaimana menyela-raskan kegiatan praktikum dengan
materi praktikum dan ketersediaan alat dan bahan kimia juga relatif belum
memadai.
Berkaitan dengan hal itu, maka perlu kiranya kita sebagai
guru kimia / IPA untuk memahami dan menguasai cara-cara memanajemen / mengelola
laboratorium secara baik dan tepat, meskipun di sekolah telah ada laboran
maupun teknisi. Hal ini karena pengelolaan lab yang efektif sangat menentukan
besar kecilnya kontribusi lab dalam proses pembela-jaran kimia / IPA, terutama
pada pengembangan ranah afektif dan psikomotor. Apa saja yang perlu dikelola
dan bagaimana cara mengelolanya ? Marilah pada kesempatan ini kita belajar
bersama untuk mendapatkan bekal memanajemen / mengelola lab di sekolah kita
masing-masing.
PERBEDAAN PRAKTIKUM DENGAN EKSPERIMEN
Bagi
sebagian dari kita menganggap praktikum dan eksperimen adalah dua hal yang
memiliki pengertian sama. Namun sesungguhnya keduanya sangatlah berbeda.
Praktikum diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membuktikan kebenaran
suatu konsep dengan prosedur yang sudah jelas dan sistematis. Kegiatan praktikum menekankan pada pengem-bangan keterampilan seseorang
dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan kimia secara benar. Sedangkan
kegiatan eksperimen lebih dari sekedar praktikum, artinya dalam eksperimen
lebih menekankan bagaimana seseorang dilatih untuk kreatif dan inovatif
menciptakan langkah-langkah percobaan baru (modifikasi dari prosedur baku yang
sudah ada) atau mengkombinasikan berbagai prosedur kerja menjadi suatu prosedur
baru dalam usahanya menemukan suatu konsep. Dengan kata lain, dalam
praktikum seorang anak didik hanya mempraktikkan apa yang tertulis dalam
petunjuk praktikum, sedangkan dalam eksperimen anak didik melakukan modifikasi
dan kolaborasi berbagai metode yang berbeda dengan prosedur baku yang ada.
Sebagai
contoh, pada praktikum materi tentang ”Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”,
peserta didik menguji berbagai larutan yang sudah disediakan sesuai petunjuk
praktikum dengan alat uji elektrolit. Semua larutan yang diuji sudah dijelaskan
guru di dalam kelas. Berbeda halnya jika dirancang sebagai eksperimen, maka
semua larutan yang akan diuji ditentukan oleh peserta didik sendiri, demikian
juga alat uji elektrolit dirancang sendiri oleh mereka berdasarkan penjelasan
dari guru tentang prinsip alat uji elektrolit. Dengan demikian kesimpulan yang
diperoleh dari kegiatan praktikum dan eksperimen akan berbeda.
Baca Juga:
ConversionConversion EmoticonEmoticon