Pembentukan Karakter melalui Pemahaman Makna Puasa



Pembentukan karakter sudah menjadi bagian dari program pendidikan, termasuk mulai tahun ini kurikulum 2013 yang berbasis karakter mulai diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Proses penerapan kurikulum yang berbasis karakter tersebut sangat tepat untuk mulai diterapkan saat bulan ramadhan, dimana bulan ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan merupakan bulan yang penuh dengan nilai-nilai positif yang bernuansa edukatif.

Dalam bulan ramadhan terdapat ibadah puasa. Kata kunci puasa adalah menahan diri dari segala perangai buruk yang merupakan karakter binatang. Sebagaimana tertulis dalam surat Al-Baqarah ayat 183, puasa diharapkan mampu melahirkan manusia yang memiliki karakter taqwa. Jalan untuk memperoleh karakter taqwa itu terkandung dalam makna-makna puasa. Makna puasa inilah yang harus dijelaskan dan ditanamkan kepada siswa, sehingga diharapkan melalui pemahaman makna puasa inilah akan terbentuk karakter siswa yang bertaqwa.

Pertama, puasa membiasakan untuk jujur dan adil. Jujur artinya dapat dipercaya dan tidak melakukan bentuk kebohongan sekecil apapun. Dalam hadits riwayat Bukhari Nabi Muhammad SAW bersabda barangsiapa  yang berpuasa tetapi tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya (puasanya). Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang menyebabkan krisis multi dimensional adalah karena kita sudah tidak memiliki sifat kejujuran. Akibatnya korupsi, manipulasi, kolusi, dan nepotisme menjadi bagian dari karakter hidup. Puasa melatih untuk keluar dari cengkraman virus tersebut. Sikap jujur dan adil dalam kehidupan sangat penting sebagai bukti taqwa. Allah SWT mengingatkan, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran/kejujuran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Almaidah:8).

Kedua, puasa membiasakan untuk hidup disiplin. Puasa memiliki aturan waktu yang sangat jelas. Misal pelaksanaannya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebelumnya disunahkan untuk sahur yaitu makan dan minum sebelum fajar terbit. Terbenam matahari kemudian berbuka puasa tidak harus maka menahan lagi saatnya untuk makan dan minum sesuai kesukaannya asal tidak berlebihan. Malamnya setelah shalat Isya disunahkan untuk shalat Tarawih (shalat sesudah suasana rileks setelah menikmati santapan hidangan berbuka puasa), sehingga puasa mengajarkan bagaimana membiasakan diri untuk disiplin dengan rangkaian waktu yang jelas. Disiplin merupakan cerminan dari sebuah masyarakat yang berbudaya  maju. Oleh karena itu karakter disiplin merupakan karakter orang yang sukses. Dengan demikian puasa melatih dan membentuk disiplin setahap demi setahap. Biasanya sebuah kebaikan seperti disiplin jika dibiasakan dalam beberapa waktu bahkan satu bulan akan menjadi jiwa dan kepribadian seseorang ketika dijalani dengan penuh kesabaran.

Ketiga, puasa membiasakan hidup bertoleransi. Puasa mengajarkan untuk hidup dengan damai. Bahkan Rasulullah SAW  mengingatkan ketika ada orang yang memerangi diwaktu berpuasa dianjurkan untuk mengalah, katakan saya sedang berpuasa. Artinya bagi orang-orang yang jelas mengajak konflik dan  memerangi saja harus mengalah apalagi kepada orang-orang yang sama sekali tidak bermusuhan Nabi mengajarkan untuk menghargainya dan berlaku baik dengan mereka.

Keempat, Puasa mengasah kepekaan sosial. Puasa mengenalkan untuk merasakan lapar dan hausnya orang miskin dalam menjalani hidup. Bagi orang yang berpuasa lapar dan dahaga hanya sepanjang hari dari pagi sampai sore, tetapi bagi orang yang miskin mereka lapar dan dahaga sepanjang waktu siang mapun malam. Maka pantas Rasulullah mengingatkan bahwa Ramadhan merupakan bulan berderma atau berfilantropi. Dengan ikut merasakan lapar dan dahaganya kekurangan makanan dan minuman menjadikan nurani tersentuh untuk peka terhadap situasi sosial di sekitarnya.

Kelima, Puasa membangun sikap bertanggung jawab. Dalam pelaksanaannya ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lain yang mengharuskan pelibatan orang lain dan kontrol sosial. Seperti shalat yang sangat dianjurkan dengan berjama'ah, artinya terlihat oleh orang lain. Zakat bahkan ada panitianya (amil), sehingga orang yang berzakat pasti akan diketahui oleh orang lain. Menikah tidak sekedar suka sama suka tetapi juga diperlukan saksi-saksi untuk menjadi dasar legalitasnya. Ibadah puasa begitu rahasia, privat, dan tidak deklaratif yang tahu hanya diri orang yang melaksanakannya dan Tuhan. Sehingga sikap tanggung jawab yang didasari keimanan menjadikan orang mampu berpuasa. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa puasa itu milik Tuhan, jadi Tuhan yang akan langsung mengontrol dan membalasanya. ***



Biodata Penulis

Nama                                        : Deden Aldila Zulkhida, S.Pd
Tempat/Tanggal Lahir             : Ciamis, 15 Juli 1989
Alamat                                     : Jalan Bojonghuni No. 105 RT/RW 02/13 Maleber Ciamis
No Kontak/e-mail                    : 085659111278 / dedenaldila@gmail.com
Previous
Next Post »
Thanks for your comment