Meski Tidur di Bulan Ramadhan adalah Ibadah, tapi Ramadhan Bukan Bulan Tidur


Ramadhan bulan istimewa. Ramadhan bulan penuh kemuliaan. Momentum ini harus dimanfaatkan, bukan malah disia-siakan. Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan menjalin konektivitas langsung dengan Allah. Puasa mestinya tidak menjadi alasan untuk mengurangi kualitas hidup selama Ramadhan.

Lantaran Ramadhan waktu yang istimewa, ini tidak boleh disia-siakan. Itulah titik tolak yang harus dipahami. Waktu yang diistimewakan dalam setahun ada empat bulan, salah satunya Ramadhan. 


Saking istimewanya bulan Ramadhan, Allah menjadikan puasa semata-mata untuk-Nya. Allah yang akan mengganti langsung pahala puasa seorang hamba. Tidak hanya itu, Rasul bersabda, tidurnya orang berpuasa pun dinilai pahala. 


Sayangnya, sebagian masyarakat menjadikan hadits tersebut pembenaran untuk mengurangi produktivitas di bulan Ramadhan. Kiai Marsudi menjelaskan, hadits tersebut perlu dimaknai secara tepat. 


Hadits tersebut tidak menyuruh orang untuk terus-menerus tidur saat puasa, lantaran mentang-mentang berpahala. Mafhum mukholafah-nya, tidur saja berpahala apalagi tidak tidur. 


Seorang Muslim yang memaksimalkan waktu untuk tidak melulu tidur selama Ramadhan, tentu pahalanya lebih berlipat ganda. Tidak tidur itu dalam pengertian melakukan amal shalih atau kebaikan. Misalnya, membaca Alquran, sedekah, sholat, bekerja, dan aktivitas lain yang bernilai ibadah.

Karena itu, hadits tersebut sebenarnya dorongan agar orang lebih produktif selama Ramadhan. Kita tidak lagi memikirkan harus nyiapin kopi, teh manis, makan siang dimana, dan sebagainya. 


Untuk membangun hidup yang berkualitas selama Ramadhan, Sebaiknya Umat Muslim memperbanyak amalan shaleh. Malam diisi dengan ibadah, siang pun dijalani dengan beraktivitas seperti biasa. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. 


Wallahu A'lamu



Previous
Next Post »
Thanks for your comment