Buku; Karya monumental Kaum Intelektual



Buku memiliki kelebihan luar biasa dibandingkan dengan benda-benda sejarah lain. Benda-benda sejarah cenderung memiliki makna statis, sedangkan buku bersifat dinamis. Bentuknya bervariasi, ada yang kecil, besar, tipis, dan ada juga yang tebal. Dari segi penampilan ada yang menarik ada pula yang tidak. Itulah buku. Sebuah benda yang tampak sederhana, tetapi menympan banyak pengetahuan. Bagi mereka yang gemar membaca, sesederhana apapun sebuah buku, ia memiliki arti yang sangat besar. Terlebih bila buku yang dibacanya terasa bermanfaat secara langsung dalam kehidupannya. Akibat gemar membaca buku, banyak orang rela merogoh koceknya untuk membeli sebuah buku. Bahkan tak peduli meskipun harganya mahal. Kesenangan membaca akan melahirkan rasa untuk memiliki dan menimbulkan rasa “hormat” pada buku. Mereka bersedia membaca, memahami isinya, dan mengambil manfaatnya. Mereka juga bersedia merawat buku, supaya tetap lestari keberadaannya sehingga dapat dibaca orang lain. 

Upaya memiliki, membaca, mamahami, dan mengambil manfaat dari buku merupakan bentuk penghargaan kepada penulisnya, penghargaan atas karya monumental penghargaan yang diberikan atas kegigihan penulis dalam memformulasikan ide atau gagasan berfikirnya, kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ada banyak tokoh dunia yang besar karena hasil karya tulisannya. Dua diantaranya ialah imam Al-Ghazali dan Karl Marx. 

1. Imam Al-Ghazali 

Imam Al-Ghazali (Imam Abu Hamid Al-Ghazali) atau Hujjatul Isalam adalah sosok intelektual muslim yang sudah tidak asing lagi. Setelah banyak bergumul dan mengumpulkan ilmu dari guru-gurunya, Al-Ghazali menuangkan pemikirannya ke dalam tulisan yang dijalin serasi. Karya tulisnya menyerupai “Khazanah” ilmu yang berisi semangat “pembaharuan”. 

Dalam pengantar buku Minhajul ‘Abidin, Dr. H. Muslim Ibrahim, M.A. menerangkan bahwa karya tulis Al-Ghazali jumlahnya mendekati 40 judul buku. Ulama super produktif ini banyak melukiskan pemikirannya dalam berbagai disiplin ilmu secara terarah dan sistematis. Karya beliau antara lain, Ihya Ulumuddin, Jawahirul Qur’an (ilmu Tafsir) Kitabul ‘Arb’in (akhlak), Almustashfa (Fiqih), Al-Iqtishad fil I’tiqad dan Qowa’idul ‘aqaid (theologi), Ayuhal Walad, (Pendidikan), Anwar ad Duratul Fiqriyyah, dan Minazul ‘amal (tasawuf), Tahafutul Falasifah (Filsafat). Karyanya yang terakhir adalah kitab Minhajul’ abidin.

Pemikiran Imam Al-Ghazali seperti yang diungkapkan dalam buku-bukunya telah mempengaruhi alam pikiran para intelektual saat ini. 

2. Karl Marx Terlepas dari pro dan kontra, Karl Mark adalah tokoh legendaris Dalam sejarah peradaban manusia. Pemikirannya yang sangat controversial telah mengguncang dunia. Dengan dialektika sejarah Hegel (tesis, antitesis, dan sintesis) menjadi daya tarik yang luar biasa bagi kalangan terutama kaum proletariat. Dengan keyakinan yang kuat dan pengorbanan yang hebat kelompok marxsisme ini bangkit melawan kaum borjuis. 

Ada sisi menarik dalam perjalanan Karl Mark. Dia dianugerahi otak cerdas. Dia banyak menkaji buku-buku, Al-Kitab,m artikel karya tokoh besar seperti Hegelm, David Friedrch Straub, Bruno Bauer, dan lain-lain. Interaksi yang begitu intens antara Marx dan tokoh-tokoh tersebut, baik secara langsung maupun melalui buku, telah mengubah pola pikir untuk menggeser ajaran ketuhanan dan menggantinya dengan atheisme. Dari hasil rumusan pemikirannya, Marx tidak membiarkan keyakinannya menjadi milik sendiri melainkan dia dakwahkan lewat karya-karya tulisnya kepada semua orang. Salah satu buku yang terkenal adalah Das Kapital. 

Dalam perjalanan hidupnya, Marx bekerjasama dengan Friedrich Engels telah melahirkan lebih kurang 161 buah judul buku dan ribuan tulisan lainnya dalam bentuk artikel dan koresponden. Ajaran-ajaran yang disosialisasikan Marx melalui karya tulisnya telah menggaet banyak penganut. Sungguhpun kemudian dia harus menjadi tumbal dari ajarannya sendiri. 

• Buku, Suatu Karya Monumental 

Paparan di atas membei gambaran pada kita bahwa kaum intelektual –tidak hanya Al-Ghazali dan Marx- telah bekerja keras melukiskan hasil pemikirannya di atas sebuah kertas membentuk sebuah gagasan yang monumental. 

Mengapa buku disebut karya monumental? Padahal tidak semua orang menyenangi buku. Memang benar tidak semua orang senang membaca, tetapi buku memiliki kelebihan luar biasa dibandingkan benda-benda sejarah lain. Benda-benda sejarah cenderung memiliki makna statis sedangkan buku bersifat dinamis. 

• Penulis Buku, Umumnya Memiliki Kemampuan Akademis 

Di zaman modern ini, hampir setiap penulis buku telah menempuh jenjang pendidikan sampai ke perguruan tinggi dan meraih gelar kesarjanaan. Pergulatan menulis di dunia akademik disertai pengalaman lapangan, membentuk pemahaman yang mendalam tentang bidang ilmu garapannya. Adapun penulis zaman dahulu walaupun tidak melalui bangku perkuliahan, mereka memiliki kemampuan menulis yang tidak diragukan. Lihat sosok para filosof seperti Socrates, Aristoteles, Plato, dan lain-lain. 

Isi Buku atau Ilmu Pengetahuan Didasarkan Metode Ilmiah 

Penelitian ilmiah merupakan suatu metode berpikir logis dan sistematis untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan data yang factual. Dituntut adanya kejujuran, kesabaran, dan kecermatan dengan menggunakan prosedur-prosedur tertentu agar pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan tepat (Khoerul Wahidin, Metode Penelitian, 2001). Ciri khas tulisan yang disusun dengan metode ilmiah ialah keobjektifan pandangan yang dikemukakan dan kedalaman tuturan yang disajikan. Keobjektifan dan kedalaman inilah yang senantiasa diusahakan agar tulisan dapat dipertanggungjawabkan. 

Buku Disusun dengan Teknik Penulisan Ilmiah Populer 

Sifat ilmiah tidak akan menarik jika tidak disajikan dengan bahasa popular. Artinya, bahasa yang dipakai adalah bahasa yang akrab atau disukai oleh orang kebanyakan sehingga menarik dan mudah dipahami (Slamet Soesono, teknik Penulisan Ilmiah Populer, 1995). 

Buku dapat Menembus Zaman Secara Bistories

Peradaban tulisan dari mulai yang paling sederhana sampai yang modern terbagi menjadi tiga periode. 

1. Periode Prasejarah 

Periode ini diawali kira-kira 6000 tahun yang lalu sampai pada peradaban Romawi. Pada masa ini, bisa dipastikan bahwa kebiasaan kaisar dipengruhi oleh karya-karya intelektual yang saat itu sudah dikenal pesat perkembangannya di Romawi. Karya tulis di masa itu dibuat dalam bentuk lembaran-lembaran kertas (papier). Karya-karya tulis itu banyak merekan pemikiran filsafat abad kejayaan Romawi. 

2. Periode Peradaban Islam 

Semenjak nabi Muhammad, laju perkembangan peradaban islam ditopang oleh karya tulis. Sebagai seorang nabi yang jenius, Muhammad memiliki sekretaris pribadi yang ahli dalam menulis, yaitu Zaid bin Tsabit. Di tangan Zaid, Al-Qur’an akhirnya dibukukan pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Dalam perkembangan selanjutnya, di masa kekhalifahan Al-Ma’mun, umat Islam memiliki perpustakaan umum yang bernama Bayt Al-Hikmah yang mengoleksi karya tulis tidak kurang dari 14000 judul buku. 

3. Periode Peradaban Barat 

Di awal peradaban Barat (abad ke 15-16), terjadi penerjemahan buku-buku karya umat islam untuk selanjutnya dikembangkan oleh para intelektual Barat. 

Buku Dapat Mempengaruhi Paradigma Berpikir Seseorang 

Buku yang ditulis sejak berabad-abad silam ikut andil mempengaruhi paradigma berpikir kaum intelektual dari zaman ke zaman. 

Kita perlu menghargai buku dengan sebaik-baiknya. Menghargai dengan cara memiliki, memahami,dan bila dipandang perlu serta sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini, kita dapat mengimplementasikan kandungan buku untuk hal-hal yang positif.

Semoga Kita Bisa Menulis Buku.

Baca Juga:
Buku
Previous
Next Post »
Thanks for your comment